Rabu, 24 September 2014

Pengalaman PATI 2014

PATI bukan saripati yaaa, merupakan program Pelatihan  Aplikasi Teknologi Informasi yang diselenggarakan UMM untuk mahasiswa dan mahasiswi termasuk saya. Disana saya belajar banyak hal mengenai teknologi dan seisinya. sekian singkat cerita dari saya, jika ingin tahu cerita lebih lanjut hubungi saya... heheheehe

Perkembangan Internet, Smartphone dan Sosial Media

Di era sekarang, teknologi sangat erat kaitannya dengan Internet. Perkembangan internet itu sangat mempengaruhi kehidupan sosial serta cara berkomunikasi seseorang., Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tahun 1998 hanya 500ribu orang yang menggunakan internet, namun dimulai pada tahun 2012 pengguna internet meroket menjadi 63juta orang. Angka itu bahkan diprediksi akan terus meninggkat menjadi 139juta orang pada tahun 2015.
Perkembangan yang terjadi terhadap telepon genggam juga semakin mempermudah komunikasi melalui sosial media maupun internet. Hanya dari sebuah handphone kita bisa mendapatkan begitu banyak informasi secara singkat. Smartphone, itulah sebutan untuk handphone canggih yang dapat berfungsi hampir sama dengan sebuah computer jinjing atau laptop namun berukuran jauh lebih kecil. Bila dilihat dari sudut pandang ini, kemajuan teknologi memberikan kita kesempatan untuk hidup secara lebih mudah. Hal tersebut merupakan kemudahan untuk mendapatkan atau juga menyebarkan informasi yang diinginkan.
Perkembangan teknologi pada masa kini yang terus berkembang, sehingga membuat Internet serta banyak sosial media juga semakin berkembang. Walaupun belum ke seluruh bagian Indonesia, namun hal-hal berbau kemajuan teknologi tersebut telah tersebar ke hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Kebanyakan orang yang mengakses internet atupun sosial media di Indonesia ini adalah mereka yang menggunakan handphone. Berdasarkan riset dari lembaga AC Nielsen juga tercatat 95% pengguna ponsel di Indonesia memanfaatkan alat tersebut untuk mengakses Internet. Kini terasa seperti tidak ada batasan dengan orang lain meski mereka berjarak ratusan ribu kilometer dari lokasi seseorang. Hal itu terjadi karena kemajuan di teknologi masa kini. Konsep McLuhan terbukti benar, kini khususnya di Indonesia, banyak sekali manusia yang bergantung pada teknologi dan sangat sulit untuk lepas dari hal-hal seputar teknologi. Bahkan bisa dibilang di era ini bila seseorang tidak menggunakan teknologi-teknologi tersebut, orang tersebut tidak dapat diterima dengan baik di lingkungannya (contoh: dalam pekerjaan, beberapa perusahaan memiliki syarat khusus mengenai kemampuan menggunakan berbagai teknologi). Kemajuan teknologi dalam berkomunikasi massa ini telah membawa banyak dampak serta perubahan dalam masyarakat.

Sumber: klik disini

KEUNGGULAN JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Arus utama pembangunan nasional adalah bidang kesejahteraan social, hal ini dapat dicermati dengan diluncurkannya program-program kesejahteraan sosial dan berbagai produk perundang-undangan sosial seperti undang-undang sistem jaminan sosial, undang-undang kesejahteraan social no.11 tahun 2009 dan undang-undang peradilan anak, serta berbagai produk UU lainnya. Disisi lain pembangunan  yang dilaksanakan selalu membawa dampak terjadinya masalah social yang menyertainya baik dalam skala mikro (individu), mezzo (keluarga/kelompok) dan makro (masyarakat). Fenomena ini membutuhkan seorang ahli dibidang kesejahteraan social yaitu Pekerja Sosial yang professional dan berbagai kebijakan program dan produk undang-undang itu telah mengokohkan eksistensi profesi pekerjaan sosial sebagai profesi utama dalam pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia.
Dengan selalu meng-up-date perkembangan dan kebutuhan stake-holder , Jurusan Imu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang siap mengantarkan para mahasiswa menjadi sarjana bergelar (S.Sos) di bidang Pekerjaan Sosial Profesional yang berkepribadian dan berakhlak mulia, dengan memiliki keunggulan : Pekerja Sosial Medis, Pekerjaan Sosial koreksional dengan keahlian menjadi advokat dalam pendampingan Anak dan Keluargabimbingan social di lembaga pemasyarakatan dan Pekerjaan Sosial Pengembangan Masyarakat (Community Development). Di samping itu, mahasiswa juga dibekali ilmu dan ketrampilan interpreneurship di bidang layanan sosial yang kini amat dibutuhkan untuk menangani masalah-masalah sosial modern.

sumber: klik disini

Tentang UMM

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berdiri pada tahun 1964, atas prakarsa tokoh-tokoh dan Pimpinan Muhammadiyah Daerah Malang. Pada awal berdirinya Universitas Muhammadiyah Malang merupakan cabang dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Jakarta dengan Akte Notaris R. Sihojo Wongsowidjojo di Jakarta No. 71 tang-gal 19 Juni 1963.
Pada waktu itu, Universitas Muhammadiyah Malang mempunyai 3 (tiga) fakultas, yaitu (1) Fakultas Ekonomi, (2) Fakultas Hukum, dan (3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Agama. Ketiga fakultas ini mendapat status Terdaftar dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 1966 dengan Surat Keputusan Nomor 68/B-Swt/p/1966 tertanggal 30 Desember 1966.
Pada tanggal 1 Juli 1968 Universitas Muhammadiyah Malang resmi menjadi universitas yang berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta), yang penyelenggaraannya berada di tangan Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Malang, dengan Akte Notaris R. Sudiono, No. 2 tertanggal 1 Juli 1968. Pada perkembangan berikutnya akte ini kemudian diperbaharui dengan Akte Notaris G. Kamarudzaman No. 7 Tanggal 6 Juni 1975, dan diperbaharui lagi dengan Akte Notaris Kumalasari, S.H. No. 026 tanggal 24 November 1988 dan didaftar pada Pengadilan Malang Negeri No. 88/PP/YYS/ XI/ 1988 tanggal 28 November 1988.
Pada tahun 1968, Universitas Muhammadiyah Malang menambah fakultas baru, yaitu Fakultas Kesejahteraan Sosial yang merupakan fi‘lial dari Fakultas Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dengan demikian, pada saat itu Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki empat fakultas. Selain itu, FKIP Jurusan Pendidikan Agama mendaftarkan diri sebagai Fakultas Agama yang berada dalam naungan Departemen Agama dengan nama Fakultas Tarbiyah.
Pada tahun 1970 Fakultas Tarbiyah ini mendapatkan status yang sama dengan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (IAIN), dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 50 Tahun 1970. Pada tahun ini pula Fakultas Kesejahteraan Sosial mengubah namanya menjadi Fakultas Ilmu Sosial dengan Jurusan Kesejahteraan Sosial. Kemudian pada tahun 1975 Fakultas ini resmi berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta) dengan Surat Keputusan Terdaftar Nomor 022 A/1/1975 tanggal 16 April 1975.
Fakultas yang kemudian ditambahkan adalah Fakultas Teknik, yaitu pada tahun 1977. Pada tahun 1980 dibuka pula Fakultas Pertanian, kemudian menyusul Fakultas Peternakan. Antara tahun 1983 sampai dengan 1993, ditambahkan jurusan-jurusan baru dan ditingkatkan status jurusan-jurusan yang suudah ada. Yang terakhir, pada tahun 1993 Universitas Muhammadiyah Malang membuka ProgramPascasarjana Program Studi Magister Manajemen dan Magister Sosiologi Pedesaan
. 
Sampai tahun akademik 1994/1995 ini, Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki 9 fakultas dan 25 jurusan/program studi tingkat strata Si, dua program studi strata-S2, dan satu akademi /strata-D3 Keperawatan.
Pada rentang tiga puluh tahun perjalanan UMM ini (1964- 1994), perkembangan yang paling berarti dimulai pada tahun 1983-an. Sejak saat itu dan seterusnya UMM mencatat perkembangan yang sangat mengesankan, balk dalam bidang peningkatan status Jurusan, dalam pembenahan administrasi, penambahan sarana dan fasilitas kampus, maupun penambahan dan peningkatan kualitas tenaga pengelolanya (administrasi dan akademik).  Tahun 2009, UMM menggabungkan Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan-Perikanan menjadi Fakultas Pertanian dan Peternakan agar sesuai dengan konsorsium Ilmu-ilmu Pertanian.
Dalam bidang sarana fisik dan fasilitas akademik, kini telah tersedia tiga buah kampus: Kampus I di Jalan Bandung No. 1, Kampus II di Jalan Bendungan Sutami No. 188a, dan Kampus III (Kampus Terpadu) di Jalan Raya Tlogo Mas. Dalam bidang peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga akademik, telah dilakukan (1) rekruitmen dosen-dosen muda yang berasal dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di pulau Jawa, (2) Peningkatan kualitas para dosen dengan mengirim mereka untuk studi lanjut (S2 dan S3) di dalam maupun di luar negeri.
Berkat perjuangan yang tidak mengenal berhenti ini, maka kini Universitas Muhammadiyah Malang sudah menjelma ke arah perguruan tinggi alternatif. Hal ini sudah diakui pula oleh Koordinator Kopertis Wilayah VII  yang pada pidato resminya pada wisuda sarjana Universitas Muhammadiyah Malang tanggal 11 Juli 1992, mengemukakan bahwa UMM tergolong perguruan tinggi yang besar dan berprospek untuk menjadi perguruan tinggi masa depan.
Dengan kondisi yang terus ditingkatkan, kini Universitas Muhammadiyah Malang dengan bangga tetapi rendah hati siap menyongsong masa depan, untuk ikut serta dalam tugas bersama "mencerdaskan kehidupan bangsa" dan "membangun manusia Indonesia seutuhnya" dalam menuju menjadi bangsa Indonesia yang bermartabat dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Sumber:klik disini.

Kabupaten Kediri

KEDIRI, sebuah daerah yang memiliki potensi wilayah yg mendukung untuk berbagai kegiatan dalam bidang perekonomian dan pertanian. sedikit kita mengulas tentang sepak terjang keunggulan yang disuguhkan tempat tersebut kepada para pelancong yang ingin sekedar mampir atau mencicipi  hasil bumi khas kabupaten Kediri. Kediri memiliki sumberdaya yang beraneka ragam baik manusia maupun alamnya, jika anda datang ke kediri tidak afdol rasanya jika tidak mampir ke Gunung Kelud dan mencicipi nanas super khas gunung kelud dan juga kripik gotthe serta durian moggol khas Dsn Petung Ombo, mau??? ayo datang ke kabupaten kediri.
HARUS PROFESIONAL: Yatimul Ainun, wartawan Kompas.com sekaligus Sekjen AJI Malang saat berbagi pengalamnya  dengan mahasiswa pratikum jurnalistik.
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali memperoleh pembekalan pra-parktikum. Mahasiswa yang telah memenuhi syarat mengambil mata kuliah praktikum itu diberi orientasi mengenai profesi komunikasi yang akan digelutinya kelak dengan bekal keterampilan teknis yang diperoleh dari laboratorium. Pembekalan berlangsung selama seminggu dimulai Sabtu (20/9) lalu di Laboratorium Komunikasi, lantai dasar UMM Dome.
Kepala Laboratorium Komunikasi UMM, Jamroji, M.Comm, menerangkan praktikum dibagi menjadi tiga konsentrasi, yakni Jurnalistik, Public Relations dan Komunikasi Audio Visual. Masing-masing konsentrasi memiliki setidaknya tiga mata paraktikum secara berkelanjutan yang diprogram secara optional. Mahasiswa harus mengambil salah satu konsentrasi dan mengikuti mata praktikum secara konsisten dari I sampai III. “Di luar tiga konsentrasi tersebut, ada pula mata praktikum yang harus diambil semua mahasiswa,” kata Jamroji.
Ditambahkannya, praktikum memang dirancang untuk memberi pemahaman, kemampuan analitis, pengalaman dan problem solving sehingga mahasiswa dapat menerapkannya di dunia kerjanya kelak. Selain itu, hasil-hasil praktikum diharuskan mencerminkan realitas dunia kerja sehingga tidak sekedar sebuah simulasi. Karya-karya mahasiswa praktikum harus memenuhi kriteria berfikir dan bekerja secara kreatif yang diuji oleh stakeholder. “Atau hasil arya meraka harus betul-betul menyelesaikan masalah atau dalam bentuk karya yang dapat dipublikasikan melalui media massa,” ujar Jamroji.
Menurut Ketua Prodi Komunikasi UMM, Sugeng Winarno, MA, muatan praktis di prodinya dirancang seimbang dengan kemampuan konseptual dengan perbandingan 40:60. Hal ini karena lulusan Sarjana Komunikasi (S.Ikom) nantinya harus menjadi tenaga profesional dan bukan sekedar amatiran atau tukang yang hanya menguasai teknis.
“Seorang profesional harus memiliki kemampuan manajerial dan konseptual, tetapi juga mengusai teknis. Jadi sarjana kami nanti disiapkan menjadi tenaga profesional yang tidak hanya bisa menulis, motret, presentasi atau sekedar nyuting, tetapi mereka paham betul mengenai teori, filosofi dan cara memimpin dan mengelola tim kerja dengan baik,” tegas Sugeng.
Pembekalan pra-praktikum kali ini menghadirkan narasumber yang diambil dari alumni dan praktisi di bidangnya. Praktikum Print Journalism menghadirkan redaktur Jawa Pos M Ilham Butsyianto, PR dengan praktisi PR Rizki Riswandi, Audio Visual dengan konseptor TV Rudi Lelono dan Online Journalism menghadirkan jurnalis Kompas.com Yatimul Ainun.
Untuk mengantisipasi bertambahnya peserta praktikum, Lab Komunikasi akan menambah dan mengupdate peralatan laboratorium. Jamroji mengatakan tahun ini pihaknya akan merombak desain lab dan memperbaharui seluruh peralatan lab sehingga lebih up to date sesuai tuntutan profesi komunikasi.
“Kami sudah melakuan kajian dan studi banding ke berbagai perusahaan dan media massa. Hasilnya sudah kami rancang untuk pengajuan perubahan total bentuk lab yang nanti menyerupai bentuk asli dunia kerja PR, Jurnalistik dan televisi,” janjinya. Pihak universitas disinyalir sudah menyetujui dana pembaharuan itu lebih dari Rp 2 Milyar. (nas)
 sumber: http://www.umm.ac.id/id/umm-news-4252-praktikum-komunikasi-bekali-profesionalisme-mahasiswa.html

Senin, 22 September 2014

Dimuat di Suara Pembaca, Suara Merdeka, Senin 7 Oktober 2013
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/10/07/239279/Bantuan-Siswa-Miskin-Disunat
’Sejimpit-sejimpit lama-lama jadi bukit’’. Hal itu plesetan dari kata pepatah ’’sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit’’. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jimpitan berarti sumbangan berupa beras sejimpit yang dikumpulkan secara beramai-ramai. Sedangkan njimpit dalam kamus Bausastra Jawa (2006) sinonim dengan ’’wilonganing barang lembut nganggo pucuking driji’’ (mengambil barang lembut/kecil dengan ujung jemari).
Pertanyaannya, dalam kehidupan modern di abad ke-21 yang meminjam istilah Anthony Giddens - berlari tunggang langgang ini - apakah prinsip lawas tersebut masih relevan? Konon tradisi jimpitan terlahir di Pulau Jawa, terutama di kawasan pelosok pedesaan. Intinya, secara rutin masyarakat mengumpulkan beras sejimpit (segenggam) setiap hari.
Semula kebiasaan itu sebagai  langkah antisipatif alias tindakan berjaga-jaga dari serangan paceklik yang menyergap tiba-tiba. Jadi kalau seumpama ada petani yang sawahnya mengalami gagal panen, mereka bisa meminjam dulu beras simpanan agar keluarganya tidak sampai menderita kelaparan.
Perlahan namun pasti, ’’alon-alon waton kelakon’’ tradisi jimpitan mulai merambah pula ke kota-kota besar. Biasanya, segenggam beras dimasukkan ke dalam wadah berukuran mini dan digantungkan di dekat pintu rumah. Lantas, beras jimpitan itu diambil dan dikumpulkan menjadi satu oleh warga yang bertugas sembari berkeliling ronda malam menjaga keamanan lingkungan.
Kalau sudah banyak, beras yang terkumpul tadi akan dijual kepada warga setempat yang kurang mampu dengan harga relatif murah. Seluruh proses tersebut dilakukan secara kolektif, terbuka, dan transparan, sehingga menghindari terjadinya syak wasangka dan praktik korupsi. Pemasukan hasil penjualan beras jimpitan tersebut dapat pula dipakai untuk memperbaiki sarana dan prasarana umum. Misalnya membuat portal jalan, membeli tempat tidur untuk posyandu, tamanisasi, dan lainnya.
Alhasil, selain keamanan lingkungan RT/RW/dusun terjaga, warga bisa membantu sesama yang kurang mampu dan membangun lingkungannya secara lebih mandiri. Sungguh menarik bukan? Aspek sosial dan ekonomi dapat berjalan seiring seirama. Hebatnya lagi, menurut peneliti dari Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Surono, dia juga pernah mengusulkan konsep jimpitan untuk meningkatkan kerja sama negara-negara anggota ASEAN. Kenapa? Karena jimpitan merupakan salah satu praktik nyata budaya Indonesia warisan leluhur kita yang bernama gotong-royong.
Dalam rilis tertanggal 9 Agustus 2012 Surono mengatakan bahwa konsep jimpitan tersebut sempat diusulkan di Chiang Mai, Thailand pada 26-27 Juli 2012 silam. Dalam forum internasional ASEAN bertajuk Towards an ASEAN Economic Community (AEC): Prospects, Challenges and Paradoxes in Development, Governance and Human Security, dia berupaya meyakinkan seluruh peserta bahwa konsep jimpitan sangat prospektif untuk meningkatkan kesejahteraan negara-negara anggota ASEAN.
Secara lebih rinci, dalam makalah berjudul Build The Economic Integration with Jimpitan Model In Javanese Society, Surono memaparkan tiga pilar utama dalam bangunan kultural  jimpitan, yakni kebersamaan, sukarela, dan bergilir. Selain itu, model jimpitan juga dapat meminimalisasi ketergantungan negara ASEAN terhadap pinjaman dari para negara donor. Menurut Surono, konsep budaya adiluhung Jawa tersebut mendapat sambutan antusias dari peserta. Bahkan banyak negara ASEAN tertarik untuk mulai mengembangkan konsep jimpitan (http://nationalgeographic.co.id).
Berawal dari sejimpit beras yang dikumpulkan warga, ternyata dana yang terkumpul dapat mengurangi ketergantungan kita kepada pihak luar. Konsep ekonomi kerakyatan ala koperasi dari Bung Hatta. Dari warga, oleh warga, dan untuk warga, memang lebih sesuai ketimbang sistem ekonomi neoliberal yang ringkih dan rawan krisis.
Akhir kata, penulis bersepakat dengan tesis Zainal Abidin, dosen Universitas Lampung (Unila) terkait jimpitan. Tradisi jimpitan merupakan mekanisme gotong-royong masyarakat madani dalam upaya bertahan hidup dan saling menyejahterakan. Kuncinya ialah kebersamaan, keterbukaan, dan kemandirian. Kita tak melulu menunggu uluran tangan dari pemerintah dan mengutuk keadaan terus-menerus. Pada masa lalu, prinsip gotong-royong ini yang digadang-gadang penggagas dasar negara, Bung Karno, sebagai kepribadian bangsa Indonesia. 
1381123608190505095
Sumber Foto: http://fxdimas.deviantart.com/art/Jimpitan-184085167
Dimuat ulang dari Kompasiana Senin 22 September 2014,  http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/07/jimpitan-598330.html